Kamis, 08 Januari 2009

Lentera Jiwa


Banyak yang bertanya mengapa saya mengundurkan diri sebagai pemimpin redaksi Metro TV. Memang sulit bagi saya untuk meyakinkan setiap orang yang bertanya bahwa saya keluar bukan karena 'pecah kongsi' dengan Surya Paloh, bukan karena sedang marah atau bukan dalam situasi yang tidak menyenangkan. Mungkin terasa aneh pada posisi yang tinggi, dengan 'power' yang luar biasa sebagai pimpinan sebuah stasiun televisi berita, tiba-tiba saya mengundurkan diri.

Dalam perjalanan hidup dan karir, dua kali saya mengambil keputusan sulit. Pertama, ketika saya tamat STM. Saya tidak mengambil peluang beasiswa ke IKIP Padang. Saya lebih memilih untuk melanjutkan ke Sekolah Tinggi Publisistik di Jakarta walau harus menanggung sendiri beban uang kuliah. Kedua, ya itu tadi, ketika saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari Metro TV.

Dalam satu seminar, Rhenald Khasali, penulis buku Change yang saya kagumi, sembari bergurau di depan ratusan hadirin mencoba menganalisa mengapa saya keluar dari Metro TV. ''Andy ibarat ikan di dalam kolam. Ikannya terus membesar sehingga kolamnya menjadi kekecilan. Ikan tersebut terpaksa harus mencari kolam yang lebih besar.''

Saya tidak tahu apakah pandangan Rhenald benar. Tapi, jujur saja, sejak lama saya memang sudah ingin mengundurkan diri dari Metro TV. Persisnya ketika saya membaca sebuah buku kecil berjudul Who Move My Cheese. Bagi Anda yang belum baca, buku ini bercerita tentang dua
kurcaci. Mereka hidup dalam sebuah labirin yang sarat dengan keju. Kurcaci yang satu selalu berpikiran suatu hari kelak keju di tempat mereka tinggal akan habis. Karena itu, dia selalu menjaga stamina dan kesadarannya agar jika keju di situ habis, dia dalam kondisi siap mencari keju di tempat lain. Sebaliknya, kurcaci yang kedua, begitu yakin sampai kiamat pun persediaan keju tidak akan pernah habis.

Singkat cerita, suatu hari keju habis.Kurcaci pertama mengajak sahabatnya untuk meninggalkan tempat itu guna mencari keju di tempat lain. Sang sahabat menolak. Dia yakin keju itu hanya 'dipindahkan' oleh seseorang dan nanti suatu hari pasti akan dikembalikan. Karena itu tidak perlu mencari keju di tempat lain. Dia sudah merasa nyaman. Maka dia memutuskan menunggu terus di tempat itu sampai suatu hari keju yang hilang akan kembali. Apa yang terjadi, kurcaci itu menunggu dan menunggu sampai kemudian mati kelaparan. Sedangkan kurcaci yang selalu siap tadi sudah menemukan labirin lain yang penuh keju. Bahkan jauh lebih banyak
dibandingkan di tempat lama.

Pesan moral buku sederhana itu jelas: jangan sekali-kali kita merasa nyaman di suatu tempat sehingga lupa mengembangkan diri guna menghadapi perubahan dan tantangan yang lebih besar. Mereka yang tidak mau berubah, dan merasa sudah nyaman di suatu posisi, biasanya akan mati digilas waktu.

Setelah membaca buku itu, entah mengapa ada dorongan luar biasa yang menghentak-hentak di dalam dada. Ada gairah yang luar biasa yang mendorong saya untuk keluar dari Metro TV. Keluar dari labirin yang selama ini membuat saya sangat nyaman karena setiap hari 'keju' itu sudah tersedia di depan mata. Saya juga ingin mengikuti 'lentera jiwa' saya. Memilih arah sesuai panggilan hati. Saya ingin berdiri sendiri.

Maka ketika mendengar sebuah lagu berjudul 'Lentera Hati' yang dinyanyikan Nugie, hati saya melonjak-lonjak. Selain syair dan pesan yang ingin disampaikan Nugie dalam lagunya itu sesuai dengan kata hati saya, sudah sejak lama saya ingin membagi kerisauan saya kepada banyak orang.

Dalam perjalanan hidup saya, banyak saya jumpai orang-orang yang merasa tidak bahagia dengan pekerjaan mereka. Bahkan seorang kenalan saya, yang sudah menduduki posisi puncak di suatu perusahaan asuransi asing, mengaku tidak bahagia dengan pekerjaannya. Uang dan jabatan ternyata tidak membuatnya bahagia. Dia merasa 'lentera jiwanya' ada di ajang pertunjukkan musik. Tetapi dia takut untuk melompat. Takut untuk memulai dari bawah. Dia merasa tidak siap jika kehidupan ekonominya yang sudah mapan berantakan. Maka dia menjalani sisa hidupnya dalam dilema itu. Dia tidak bahagia.

Ketika diminta untuk menjadi pembicara di kampus-kampus, saya juga menemukan banyak mahasiswa yang tidak happy dengan jurusan yang mereka tekuni sekarang. Ada yang mengaku waktu itu belum tahu ingin menjadi apa, ada yang jujur bilang ikut-ikutan pacar (yang belakangan ternyata putus juga) atau ada yang karena solider pada teman. Tetapi yang paling banyak mengaku jurusan yang mereka tekuni sekarang -- dan membuat mereka tidak bahagia --
adalah karena mengikuti keinginan orangtua.

Dalam episode Lentera Jiwa (tayang Jumat 29 dan Minggu 31 Agustus 2008), kita dapat melihat orang-orang yang berani mengambil keputusan besar dalam hidup mereka. Ada Bara Patirajawane, anak diplomat dan lulusan Hubungan Internasional, yang pada satu titik mengambil keputusan drastis untuk berbelok arah dan menekuni dunia masak memasak. Dia memilih menjadi koki. Pekerjaan yang sangat dia sukai dan menghantarkannya sebagai salah satu pemandu acara masak-memasak di televisi dan kini memiliki restoran sendiri. ''Saya sangat bahagia dengan apa yang saya kerjakan saat ini,'' ujarnya. Padahal, orangtuanya menghendaki Bara mengikuti jejak sang ayah sebagai dpilomat.

Juga ada Wahyu Aditya yang sangat bahagia dengan pilihan hatinya untuk menggeluti bidang animasi. Bidang yang menghantarkannya mendapat beasiswa dari British Council. Kini Adit bahkan membuka sekolah animasi. Padahal, ayah dan ibunya lebih menghendaki anak tercinta mereka mengikuti jejak sang ayah sebagai dokter.

Simak juga bagaimana Gde Prama memutuskan meninggalkan posisi puncak sebuah perusahaan jamu dan jabatan komisaris di beberapa perusahaan. Konsultan manajemen dan penulis buku ini memilih tinggal di Bali dan bekerja untuk dirinya sendiri sebagai public speaker.

Pertanyaan yang paling hakiki adalah apa yang kita cari dalam kehidupan yang singkat ini? Semua orang ingin bahagia. Tetapi banyak yang tidak tahu bagaimana cara mencapainya.

Karena itu, beruntunglah mereka yang saat ini bekerja di bidang yang dicintainya. Bidang yang membuat mereka begitu bersemangat, begitu gembira dalam menikmati hidup. ''Bagi saya, bekerja itu seperti rekreasi. Gembira terus. Nggak ada capeknya,'' ujar Yon Koeswoyo, salah satu personal Koes Plus, saat bertemu saya di kantor majalah Rolling Stone. Dalam usianya menjelang 68 tahun, Yon tampak penuh enerji. Dinamis. Tak heran jika malam itu, saat pementasan Earthfest2008, Yon mampu melantunkan sepuluh lagu tanpa henti. Sungguh luar biasa. ''Semua karena saya mencintai pekerjaan saya. Musik adalah dunia saya. Cinta saya. Hidup saya,'' katanya.

Berbahagialah mereka yang menikmati pekerjaannya. Berbahagialah mereka yang sudah mencapai taraf bekerjaadalah berekreasi. Sebab mereka sudah menemukan lentera jiwa mereka.

Source : http://www.kickandy.com/?ar_id=MTEzOA==#ANDYF.NOYA

Senin, 10 November 2008

Bahagiaku Bahagiamu


Ga tau kenapa, saat ini ku lagi bahagia bgt. Rasa ini begitu nikmat di hati. Padahal waktu udah begitu larut, mata inipun belum terpejamkan di malam indah ini dan Dini haripun mungkin udah segera tiba. Tak lupa ku selalu setel winamp lagu2 jadul kesayanganku tuk temani duduk menunggu siaran liga Italy usai.

Hari ini kebetulan masuk malem, Pekerjaan udah siap menanti. Siaran live2 liga Italy mulai dari Jam 9 malem sampai Pagi. Ku harus tungguin sampai usai. Ya.... sebelumnya kuharus setting receiver n bikin report apakah signal bagus or tidak. Padahal biasanya kegiatan ini menyebalkan bgt, Jadi ga bisa santai soalnya. (Mau kerja apa mau nyantai???). yg biasanya cuman monitoring channel aja. Tapi kok kenapa ku bahagia ya???

Wah... Lagunya semakin pagi semakin asyik euy, kalo kamu2 ndengerin pasti larut deh ke 'NOSTALGIA AREA'. Sepanjang Jalan Kenangan dan kawan2nya msih asyik menemaniku.

Udara semakin pagi semakin dingin, tak lupa kupakai sarung tuk tutup kepala n telingaku. Meskipun kayak orang mau ronda,tapi ku sangat menikmatinya... Hmmm,,,

Ya Allah....
Terimakasih atas segala Nikmat yg telah Engkau berikan
Kebahagiaan ini, serasa menghapus segala kebencian dan yg ada hanya rasa Cinta kepada-Mu dan kepada Makhluk-Mu..
Rasa syukur ini tancapkanlah selalu dalam hatiku Ya... Allah
Berikanlah kebahagiaan juga kepada orang yg aku sayangi Ya.. Allah
Kedua Orang tuaku, keluargaku, saudaraku, guruku, teman2ku dan semua orang muslim di dunia ini..

Kamis, 06 November 2008

Sepenggal Kisah



Waktu tak terasa berlalu begitu cepat, hari berganti minggu, minggu beralih ke bulan, bulanpun tak mau mengalah bergulir ke tahun. Itulah kehidupan ini. Hanya orang yang bisa memanfaatkan waktulah yang beruntung dalam hidupnya.

Harta konon mjd sumber kebahagiaan bagi kebanyakan orang. Dengan segala ambisi, idealisme, mereka mengejarnya seakan hidup hanya dengan uang belaka. Mereka rela korban tenaga, waktu & segala2nya utk menumpuk hartanya (setinggi langit kali ye....). Walau sering mereka tak mempedulikan bagaimana cara ia memperolehnya. Dan terkadang mereka tak sempat utk menikmati hartanya karna hanya sibuk utk mencarinya saja ( Cape deh... :D). Ya...... Begitulah kehidupan ini.

Bukan berarti harta tak ada guna apa2. Namun dalam hidup ini kita harus cerdas. Kita harus seimbang. Menyeimbangkan antara jiwa dan raga. Ibarat Kebahagiaan itu permata di samudra, harta diibaratkan salah satu permata saja yg berkilau dari ribuan permata di samudra. (Wah.. Majas apa yah???)

Minggu, 02 November 2008

Memaknai Hidup


Berbincang dengan seorang sahabat, dan dia berkata kenapa yah saya tidak bisa menikmati hidup, walau saya memiliki semua yang saya miliki. Hal ini menurut saya banyak ditanyakan beberapa sahabat.Banyak orang yang menjalani hidup ini dengan tidak mengerti makna dari hidup mereka.
Mereka lahir, tumbuh, menikah, mencari nafkah, membesarkan anak, dan akhirnya meninggal dalam keadaan hanya pasrah dalam menjalankan kehidupan dengan kosong.
Sebagaimana kita memandangi hidup, demikianlah kehidupan kita. Hidup menjadi berarti, bermakna, karena kita memberikan arti kepadanya, memberikan makna kepadanya. Bagi mereka yang tidak memberikan makna, tidak memberikan arti, maka hidup ini ibarat lembaran kertas yang kosong.
Hal terbesar di dunia ini bukanlah dimana Anda berdiri, melainkan kemana Anda akan pergi." Itu artinya, jika Anda mampu menetapkan,memahami dan memperjelas tujuan hidup, maka kemungkinan untuk memaknai hidup lebih besar.
Ada dua hal yang dapat membuat orang menjadi sadar dalam menjalankan kehidupan. Pertama, peristiwa-peristiwa pahit dan musibah. Musibah sebenarnya adalah ''rahmat terselubung' ' karena dapat membuat kita bangun dan sadar. Anda baru sadar pentingnya kesehatan kalau Anda sakit.
Kematian mungkin merupakan satu stimulus terbesar yang mampu menyentakkan kita. Banyak tokoh terkenal meninggal begitu saja. Mereka sedang sibuk memperjualbelikan kekuasaan, saling menjegal, berjuang meraih jabatan, lalu tiba-tiba saja meninggal. Kematian menyadarkan kita pada betapa singkatnya hidup ini, betapa seringnya kita meributkan hal-hal sepele, dan betapa bodohnya kita menimbun kekayaan yang tidak sempat kita nikmati.
Dalam mencoba mengisi dan menyadari arti kehidupan menyadari, yaitu siapa diri kita, darimana kita berasal, dan ke mana kita akan pergi. Untuk itu kita perlu sering mengambil jarak dari kesibukan kita dan melakukan kontemplasi. Dan sedikit perenungan akan membuat kita mengerti akan makna dari kehidupan. Ingat kehidupan berjalan tidak hanya mengejar keinginan mimpi duniawi.
Terkadang kita melupakan keberadaan orang terdekat, kita melupakan afeksi atau kasih sayang dari orang-orang terdekat yang membuat kita berarti, pengakuan keberadaan kita juga membuat kita bisa menikmati hidup. Disayangi orang tua, keluarga, anak, sahabat memberi kita kesempatan kita berarti dan menikmati kehidupan. Bayangkan ketika kehidupan kita hanya mengejar harta, mimpi, dan sukes dan kita mengabaikan keberadaan orang terdekat oleh kita, ketika mimpi, dan kesuksesan telah tercapai kita hanya menikmati sesaat, dan setelah itu kita akan kembali kosong.
Buat apa terlalu sibuk mengumpul-ngumpulka n kekayaan, dengan menyalahgunakan jabatan kalau hasilnya tidak dapat Anda nikmati selama-lamanya. Apalagi Anda sudah merusak jiwa Anda sendiri dengan berlaku curang dan korup. Padahal, jiwa inilah milik kita yang abadi.
Sering terpikirkan terkadang dalam kehidupan ini kita hanya mengejar kesenangan ragawi, kita kurang memperhatikan kesukesan jiwa, dan hati kita, maka banyak kita lihat saat ini orang yang memiliki kekosongan hati, dan dengan hati yang kosong akan mudah kita depresi, stress dan lainya. Karena tidak seimbangnya kebutuhan ragawawi dan kebutuhan jiwa.
Bukalah mata dan hati Anda untuk mengerti, mendengarkan, dan mempertanyakan semua pikiran dan paradigma Anda. Sayang, banyak orang yang mendengarkan semata-mata untuk memperkuat pendapat mereka sendiri, bukannya untuk mendapatkan sesuatu yang baru yang mungkin bertentangan dengan pendapat mereka sebelumnya. Orang yang seperti ini masih tertidur dan belum sepenuhnya tersadar.
Jadi saya hanya mengharap dan mengingatkan kepada para sahabat, mari kita jalani hidup dengan keseimbangan, mari kita nikmati hidup, mencapai sukses dalam kehidupan tanpa melupakan sukses setelah kita meninggalkan dunia juga harus dipikirkan.
" menikmati hidup tidak hanya dengan harta dan kekuasaan, menikmati hidup dengan hati yang tulus lebih berarti "

Makna Usia

''Belum hilang jejak telapak kaki orang-orang yang mengantarnya ke kubur, seorang hamba (yang telah habis usianya) akan ditanya mengenai empat hal, yaitu hal usianya ke mana dihabiskannya, hal tubuhnya untuk apa digunakannya, hal ilmunya seberapa yang diamalkannya,serta hal hartanya dari mana diperolehnya dan untuk apa dibelanjakannya. '' (Hadits Riwayat Imam Tirmidzi).
Karunia Allah yang paling berharga yang diberikan kepada manusia adalah usia. Kekayaan dan kekuatan manusia tidak berarti apa-apa jika usia sudah tiada. Menurut Ar Razi, jika hilangnya masa dipahami sebagai hilangnya modal, sedangkan modal manusia adalah usia yang dimilikinya,manusia pun selalu mengalami kerugian. Sebab, setiap saat, dari waktu ke waktu,usia yang menjadi modal utamanya terus berkurang.
Tidak diragukan lagi, jika usia itu digunakan manusia untuk bermaksiat, ia benar-benar mengalami kerugian. Bukan hanya tidak mendapatkan kompensasi apa pun dari modalnya yang hilang, namun lebih dari itu. Apa yang dilakukan dapat membahayakan dan mencelakakan dirinya. Begitu juga jika usianya dihabiskan untuk mengerjakan perkara-perkara yang mubah, ia tetap dikatakan merugi sebab usia sebagai modalnya habis tanpa meninggalkan dan menghasilkan apa pun bagi dirinya.
Untuk itu, usia haruslah dimanfaatkan sebaik-baiknya. Suatu hari, seorang murid bertanya kepada mursyidnya,''Apa makna usia?'' Jawabannya adalah sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah SAW, ''Apabila hari ini amal pekerjaanmu masih sama dengan hari kemarin,berarti kamu merugi. Bila lebih jelek daripada kemarin,terkutuk namanya. Bila lebih bagus, barulah termasuk beruntung. Nah, apakah usiamu yang setiap saat berkurang telah digantikan oleh hal-hal yang lebih baik atau sebaliknya? Di situlah makna usiamu.''
Ada dua hal penting mengapa usia harus mendapat perhatian serius. Pertama, Allah SWT akan meminta pertanggungjawaban atas usia yang Allah karuniakan. Kedua,usia adalah masa yang menentukan baik buruknya manusia. At Tirmidzi meriwayatkan bahwa ada seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW, ''Siapa manusiaterbaik?'' Beliau bersabda, ''Manusia yang usianya panjang dan dihabiskan untuk kebaikan.'' Ia bertanyalagi, ''Siapa manusia terburuk?'' Beliau bersabda,''Manusia yang usianya panjang, namun dihabiskan untukkeburukan.'' Wallahu a'lam bish-shawab.